Menjadi Guru yang Dermawan
Mengajar dan
mendapat gaji itu biasa. Belajar dan membayar iuran belajar juga biasa. Namun
yang luar biasa adalah mengajar dan berbagi rezeki. Juga belajar dan mendapat
rezeki, itu baru luar biasa. Hal ini sangat jarang ditemukan di kalangan
masyarakat di dunia, walaupun terkadang tetap ada.
Adakah orang
seperti demikian yang kamu temukan di lingkungan tempat tinggal atau tempat
belajar? Atau memang kamu sendiri yang demikian? Setahun yang saya pernah
mendengar nasihat dari Ust. Yusuf Mansur saat beliau mengunjungi Cairo. ‘Kalau
bisa kita mengajar dengan ikhlas tanpa mengharapkan apapun, termasuk gaji’
begitu kira-kira bunyinya. Seketika saya teringat dengan guru saya, tempat saya
menyetor hafalan Quran, Syaikh Muhammad.
Beliau orang Mesir
asli, memiliki banyak murid, orang Mesir dan Aceh dan kemungkinan ada warga
negara lain juga yang menjadi murid beliau. Saya menyebutnya ‘Aceh’ karena
tempat beliau menerima setoran hafalan dekat dengan domisili orang Aceh. Kami
tinggal di Matariya, satu distrik yang akan tersudut di kota Cairo. Pernah
dalam satu berita disebutkan ‘perkampungan kumuh’, ah sudahlah yang penting
saya nyaman tinggal disini.
Kebanyakan dari
kami menyetor hafalan Quran kepada Syaikh Muhammad. Awal-awal saya menyetor
terasa biasa saja beliua terlihat seperti kebanyakan syaikh di Cairo. Hari
berselang hari, hafalan saya makin bertambah dan tiba saatnya saya
mengkhatamkan surat al-Baqarah. Setiap menghabiskan satu surat beliau adakan
ujian, terserah dari kita ingin meminta berapa hari untuk mengulang.
Tiba saatnya ujian.
Ujian layaknya di Musabaqah, bedanya di ujian ini pertanyaannya banyak,
sampai-sampai setiap dua lembar ada satu pertanyaan. Selesai juga ujiannya,
tiba-tiba beliau mengambil uang LE 100 dari saku jubah. Beliau memberikannya
kepada saya, dan memberi nasihat agar terus semangat dalam menghafalkan Al
Quran, dan semoga bisa khatam dalam waktu singkat. Guru yang sangat dermawan,
saya sempat membayangkan, kami berjumlah sekitar 10 orang yang menyetor kepada
beliau, sungguh banyak yang beliau sedekahkan. Subhanallah.
Terkadang, ketika
sedang masa-masa krisis, saya sering mengambil hal positif dalam hal ini.
Berusaha untuk segera mengkhatamkan satu surat dan Alhamdulillah. Semoga sifat
yang beliau ajarkan secara tidak langsung kepada muridnya bisa tertular kepada
semua murid-murid beliau, termasuk saya. Semoga!
0 comments:
Post a Comment