Penerapan Dua Kalimat Syahadat
Penerapan dua kalimat syahadat yang pertama yakni “Asyhadu alla ilaaha illallah”
adalah dengan mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam beribadah dan
mengkhususkan ibadah hanya untuk-Nya, beriman kepada seluruh apa yang
dikabarkan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, shallallahu ‘alaihi
wa sallam seperti pengabaran tentang surga, neraka, kitab-kitab,
rasul-rasul, hari akhir dan takdir yang baik maupun yang buruk.
Adapun
penerapan kalimat syahadat yang kedua yakni kalimat ”Wa Asyhadu anna
muhammadar Rasulullah” adalah dengan beriman kepadanya, beriman bahwa
beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, yang Allah subhanahu wa ta’ala
dan berfirman kepada-Nya dan mengikuti apa yang diajarkannya disertai
dengan beriman kepada seluruh rasul-rasul dan nabi-nabi terdahulu,
setelah itu beriman kepada syariat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
ditetapkan untuk hamba-hambanya melalui Rasulullah, memperlajarinya dan
berpegang teguh dengannnya seperti syariat mengenai shalat, zakat,
puasa, haji, jihad dan lain-lain.
Rasulullah
jika ditanya tentang amalan yang dapat mengantarkan seorang hamba ke
surga dan selamat dari siksa neraka, beliau menjawab, ”Kamu bersaksi
bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah”, dan
terkadang beliau menjawab dengan, ”Kamu beribadah kepada Allah dan
jangan menyekutukan-Nya dengan apapun”, maka makna syahadat “la ilaaha
illallah” adalah beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata dan
tidakmenyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Karena inilah tatkala
Malaikat Jibril ‘Alaihissalam bertanya kepadanya dalam hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Jibril berkata, “Ya Rasulullah, beritahu
aku apa itu Islam? Beliau menjawab, “Islam adalah kamu beribadah kepada
Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun”. Dalam hadits
umar Radhiyallahu ‘anhu beliau menjawab. “Islam itu adalah kamu bersaksi
bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah”, hadits tadi menjelaskan makna hadits ini, jadi makna
syahadat “laa ilaaha illallah” adalah mengesakan Allah subhanahu wa
ta’ala dalam beribadah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun disertai
dengan beriman kepada Rasul-Nya.
Suatu
hari seorang laki-laki dating menemui Rasulullah dan berkata, ”Ya
Rasulullah, beritahu aku tentang suatu amalan yang dengan amalan
tersebut aku dapat masuk surga dan selamat dari siksa neraka”, beliau
menjawab, “Kamu beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya
dengan apapun, mengerjakan shalat…”(sampai akhir hadits).
Jadi
beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata dan tidak
menyekutukan-Nya dengan apapun, itulah makna “laa ilaaha illallah”,
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu”.
Yakni,
ketahuilah bahwa hanya Allah lah yang berhak diibadahi dan tidak ada
peribadahan kepada selain-Nya, bahkan Allah subhanahu wa ta’ala lah
satu-satunya yang berhak diibadahi, Allah subhanahu wa ta’ala lah
sesembahan yang benar sedangkan yang lainnya tidak berhak untuk
diibadahi.
Pengingkaran
orang-orang musyrikin terhadap kalimat ini memperjelas maknanya, karena
mereka tahu bahwa kalimat ini meniadakan sesembahan-sesembahan mereka
dan memperjelas bahwa mereka berada dalam kesesatan, mereka berkata,
”Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu
saja?”. Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang mereka,
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila diaktakan kepada mereka, “Laa ilaaha
ilallah” (tiada yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri”.
Mereka tahu bahwa kalimat ini meniadakan sesembahan-sesembahan mereka dan menjelaskan kepalsuannya, menjelaskan bahwa sesembahan tersebut tidak layak diibadahi dan salah, dan menjelaskan bahwa dzat yang benar untuk diibadahi adalah Allah subhanahu wa ta’ala semata.
Karena itulah mereka mengingkarinya, maka peribadahan mereka kepada berhala-berhala, pepohonan, bebatuan, orang-orang mati dan jin atau selainnya adalah peribadahan yang salah.
Semua makhluk tidak dapat menimpakan bahaya atau memberikan manfaat semuanya adalah hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala semuanya adalah hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala, maka mereka tidak layak untuk diibadahi karena Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta segala sesuatu, yang berfirman, “Dan Rabbmu adalah Rabb yang Maha Esa, tidak ada Dzat yang berhak disembah melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya Rabbmu hanyalah Allah, yang tidak ada Rabb Yang berhak disembah selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu”.
Maka wajib atas semua mukallaf dan setiap mukmin dan mukminat dari bangsa jin dan manusia merenungkan atau memikirkan perkara ini dan benar-benar memeprhatikannya sampai perkara ini jelas dan nyata baginya, jarena asas dasar din(agama-adm) ini adalah peribadahan kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, yakni syahadat “la ilaaha illallah” bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah subhanahu wa ta’ala semata, dan disandarkan kepadanya keimanan kepada para Rasul dan penutupnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga harus disertai dengan keimanan kepada para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, hari akhir, takdir yang baik maupun yang buruk dan beriman kepada semua yang dikabarkan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Semua ini harus diterapkan untuk masuk Islam sebagaimana penjelasan yang lalu, banyak manusia menyangka bahwa dengan hanya mengucapkan kalimat syahadat sudah cukup utnuk masuk Islam walaupun mereka melakukan apa yeng mereka mau laukukan, ini adalah kebodohan yang besar, kalimat ini bukan hanya untuk diucapkan tapi kalimat ini adalah kalimat yang punya makna yang harus diterapkan dengan mengucapkannya dan mengamalkan konsekuensinya.
Sumber bacaan; Bayaan Ma’na Laa ilaaha Illallah (hal;19-22).
0 comments:
Post a Comment